Mengenal Batik Dari Papua

Untuk menjaga mutu produknya, Jimmy pun tak segan-segan mendatangkan pelatih dari Jawa, khususnya Yogyakarta, untuk mentraining para pekerjanya. Ia juga mengirimkan para pekerjanya ke Jawa. "Pelatihnya didatangkan dari balai pelatihan batik di Jogja," sebut pria yang sampai sekarang telah mempunyai 15 karyawan itu.

Karyawan lak-laki mengerjakan batik cap sedangkan perempuan menggarap batik tulis yang memang membutuhkan ketelitian dalam pengerjaannya. Dari 15 karyawannya itu, tiap bulan produksi batik Jimmy mencapai 2.000 potong batik cap dan 16 potong batik tulis berbahan sutra dan katun .

Dengan harga antara Rp 200.000 sampai Rp 2,25 juta per potong, omzet Jimmy yang pada awalnya hanya bisa memproduksi 16 potong kain ini, sekarang sudah mencapai Rp 20 juta per bulan, belum termasuk pesanan untuk seragam kawinan.  Batik produknya pun sudah mencapai Surabaya dan Jakarta.

Jimmy yang menurut pengakuannya pernah bergabung dengan desainer Poppy Dharsono ini, lebih memilih batik berbahan dasar katun ketimbang sutra, mengingat iklim di Papua yang panas. Sedangkan sutra ditujukan bagi konsumen yang berkantong lebih. "Saya jarang buat sutra, lebih banyak katun," sebutnya, yang menjelaskan proses pengerjaan bahan sutra dapat memakan waktu 3 bulan.

Lebih dari sekedar usaha, melalui batik buatannya Jimmy mengaku bisa memberitakan tentang keindahan alam, pariwisata hingga budaya Papua. "Setiap orang yang memakai batik saya itu, setidak-tidaknya dia tahu tentang budayanya, dia tahu tentang pariwisatanya (Papua)," ungkapnya.

Ia menjelaskan motif batiknya bisa berupa sejumlah jenis daun, dengan maksud sebagai pengingat bagi pemakai batik, guna daun tersebut dalam pengobatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar