JK : La Galigo ... Perfect !!

Gemuruh tepuk tangan penonton menandakan berakhirnya pementasan teater, tari, dan musik I La Galigo di Kompleks Benteng Rotterdam Makassar, tadi malam.

Pementasan epos terpanjang dunia ini mengundang decak kagum sekitar 1.000 penonton.Mereka seakan hanyut menyaksikan setiap adegan dalam pementasan yang mengandalkan gerak dan pencahayaan ini.Pementasan perdananya digelar di Singapura pada 2003 silam. Selanjutnya, I La Galigomenjelajah kotakota besar di dunia seperti di Amsterdam,Barcelona,Madrid, Lyon,Revenna,New York, Melbourne, Milan, dan Taipe.Sebelum pentas di Makassar,I La Galigo yang disutradarai Robert Wilson juga pernah digelar di Teater TanahAirku Taman Mini Indonesia Indah,Jakarta.

Mantan Wakil Presiden RI HM Jusuf Kalla memuji kemampuan sutradara Robert Wilson, seluruh kru, dan para seniman yang terlibat dalam pementasan I La Galigo,tadi malam. Dia mengatakan, pementasan kali ini sempurna.Hal itu juga menjadi inspirasi bagi masyarakat Sulsel dalam melestarikan budaya daerah ini.Agar bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, JK mendukung I La Galigo diangkat ke layar lebar. "Bisa saja, tetapi untuk membuat film kolosal itu, tidak mudah. Tapi ini bagus," kata JK yang juga pemrakarsa pementasan cerita kepahlawanan pada abad ke-13 ini. Pementasan yang mempertunjukkan sepuluh adegan tersebut dimulai pukul 19.43 Wita sampai 22.18 Wita.Pada prolog diceritakan mengenai awal dan akhir Dunia Tengah dikosongkan.

Dilanjutkan dengan Adegan Satu yang menceritakan penciptaan Dunia Tengah. Dalam lakon itu dikisahkan para dewa di Dunia Atas dan Bawah mengirim anak-anak mereka mengisi Dunia Tengah. Pemusik beraksi.Tata cahaya memesona yang menjadi keunggulan sang sutradara Robert Wilson. Pementasan pada hari kedua ini dikhususkan bagi para pejabat, undangan, serta pemilik tiket. Sepanjang pementasan, pengunjung dilarang merekam, mengambil gambar, termasuk wajib mematikan ponsel. Pantauan SINDO, sejak petang kemarin,ratusan penonton sudah antre di depan pintu masukBentengRotterdam. Separoh dari penonton adalah undangan pejabat pusat dan mitra sponsor.

Selebihnya pemegang tiket seharga Rp150.000 dan Rp250.000. Sampai tadi malam,panitia masih menjual tiket."Penonton malam ini 1.000 orang, termasuk 50% undangan kepada pejabat dan mitra sponsor,"kata koordinator media Yusi Avianto Pareamon. Jumlah ini, kata dia, akan bertambah pada hari ketiga, Minggu (24/4) yakni 1.200 orang. Sekitar 25% penjualan tiket di Jakarta. Sejumlah penonton yang menyaksikan pertunjukan yang terinspirasi dari sureq I La Galigoini memberikan apresiasi. Insiator pementasan I La Galigo di Makassar Tanri Abeng mengungkapkan,terdapat perbedaan menonjol dalam pementasan di Makassar dibandingkan yang dilakukan di luar negeri.

Pengalaman menyaksikan pertunjukan di berbagai negara,kata dia, terdapat perbedaan.Hal ini kata dia, disebabkan oleh sarana pertunjukan di Makassar yang tidak mendukung. Dia mencontohkan, pementasan I La Galigo di Singapura yang jauh lebih berkesan dibandingkan yang ada di Makassar. Pementasan di luar negeri,kata dia, menggunakan teks pada layar sehingga penonton akan mudah memahami cerita yang disampaikan dalam suureq I La Galigo. Jika pementasan di luar negeri dilakukan sampai empat jam,berbedadenganyangadadi Makassar yang diperpendek menjadi dua jam lebih.

Kendati demikian, kata dia, pesan yang disampaikan dalam pertunjukan tadi malam tidak meleset dari kisah yang ada.Kreativitas yang dilakukan para kru dan seniman yang tampil dalam pementasan ini mampu menyampaikan pesan yang sesungguhnya."Meskipun durasinya diperpendek tapi cerita yang disampaikan tetap utuh,"katanya. Selain itu, pertunjukan di Makassar memberikan kesan tersendiri. Dia mengungkapkan, dari sekian banyak pertunjukan di luar negeri, hanya di Makassar yang dilakukan outdoor. Salah satu kebanggan lainnya, kata Tanri Abeng, adalah pelibatan aktor lokal dalam pementasan ini yakni 80%.

Jadi Agenda Tahunan

Sebelum pementasan,sutradara I La Galigo Robert Wilson bertemu dengan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo. Pada kesempatan itu,Syahrul menyampaikan rencana menjadikan pementasan I La Galigo sebagai agenda rutin di daerah asalnya ini. Rencana tersebut akan kembali dibicarakan lebih lanjut." Pementasan perdana ini akan dievaluasi nanti mana yang bisa menjadi kalebnder tahunan,"katanya. Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam ini membahas kemungkinan pementasan dilakukan sekali dalam tiga bulan dengan melibatkan seniman di Sulsel.

"Pementasan mungkin penggalan.Setiap tiga bulan yang ujungnya adalah pementasan besar,"ujar Syahrul. Guna pengembangan budaya ini,lanjut dia,akan dibangun museum yang lebih representatif dan perpustakaan yang lebih baik. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel Suaib Mallombassi mengungkapkan, rencana pementasan sekali dalam tiga bulan masih akan dievaluasi. Menurutnya,I La Galigo adalah warisan budaya dunia, sehingga pemerintah memberikan apresiasi terhadap pengembangannya.

Tanpa Menteri

Empat menteri yang dijadwalkan hadir dalam pementasan perdana di Makassar batal. Di antaranya,Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Menpora Andi Alifian Mallarangeng, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, serta Menhub Freddy Numberi. Sementara duta besar Singapura Ashok Mirpuri, tampak hadir dalam pementasan tersebut."Menteri tidak ada satu pun yang hadir.

Tiga menteri yakni Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Menpora Andi Alifian Mallarangeng, Menko Hatta Rajasa sudah konfirmasi akan datang.Tapi saya juga tidak tahu kenapa tidak jadi datang," ujar Suaib Mallombassi,sesaat setelah pementasan berakhir. Suaib mengakui,kendati penonton didominasi dari Sulsel, namun sebagian tidak memahami isi pementasan ini. Sehingga, kata dia pementasan ini harus dikemas lebih kreatif. Jika ingin lebih kreatif, kata dia, butuh dukungan anggaran dari pemerintah pusat."APBD tidak akan sanggup untuk membiayai pementasan yang lebih besar," katanya. Dia juga mendukung jika sureq I La Galigo ini diangkat ke layar lebar.

Alasannya, melalui media film bisa dinikmati masyarakat lebih luas, termasuk generasi muda. Pementasan ini sarat makna dari setiap simbol pada adegan demi adegan.Karena itu,butuh penghayatan tinggi dan mendalam. Budayawan Sulsel Ishak Ngeljaratan mengakui sulitnya memahami secara pasti inti dari cerita yang disampaikan dalam pementasan tersebut. "Mungkin harus nonton sampai dua kali,"katanya saat ditemui usai pertunjukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar