Minyak Kelapa Tidak Harus Buruk Bagi Lingkungan

Seperti tradisi di Asia Tenggara, pengolahan kelapa sawit bertanggungjawab atas meluasnya penggundulan hutan yang mengurangi keanekaragaman hayati, mengurangi pelayanan ekologikal yang penting, memperburuk perubahan iklim, dan menjebak para pekerja dalam kondisi yang tak sesuai, bahkan kadang mirip perbudakan. Ini tidak seharusnya terjadi. Melanjutkan contoh-contoh yang telah dikeluarkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil dan perusahaan seperti Golden Hope Plantations Berhad, sebuah produsen minyak kelapa Malaysia, kelapa sawit dapat diolah dengan cara yang membantu mencegah perubahan iklim, melindungi keanekaragaman hayati, dan mendatangkan kesempatan ekonomi pada masyarakat miskin di kawasan rural.

Menjaga Hutan Alami

Langkah paling penting dalam mengurangi dampak lingkungan dari minyak kelapa adalah pelarangan terhadap pembangunan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan alami dan lahan gambut. Pengolahan kelapa sawit di kawasan seperti itu lebih banyak merusak, bukannya mendatangkan kebaikan, baik melalui berkurangnya keanekaragaman hayati dan pelayanan ekologikal (hutan alami) atau melalui pelepasan sejumlah besar karbon dioksida (pengubahan lahan gambut). Perkebunan kelapa sawit seharusnya diarahkan pada lahan pertanian yang ada dan kawasan yang gundul dan telah terdegradasi dengan parah.

Memelihara hutan alami di dekat perkebunan kelapa sawit cukup penting, karena hutan menjadi tempat bernaung para predator hama kelapa sawit dan dapat mengurangi erosi tanah di bagian sisi bukit dan kawasan penangkapan air, sementara juga memperlambat dan mengurangi air yang terbuang.

Mengurangi Asap

Setiap tahunnya asap yang menyesakkan menyebar ke sebagian besar daerah Asia Tenggara. Walau sebagian merupakan akibat dari kebakaran hutan dan lahan gambut, beberapa dari polusi tersebut berasal dari vegetasi yang terbakar di perkebunan kelapa sawit. Dampak ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik "zero burning replanting" yang dilakukan pertama kali oleh Golden Hope Plantations.

Bukannya membakar kelapa sawit yang tak produktif, Golden Hope memotong, menngiris-iris, dan membiarkannya membusuk. Ini membantu menyuburkan tanah untuk tanaman untuk ke depannya - memperpendek masa kosong dna mengurangi kebutuhan akan pupuk kimiawi - dan mengurangi baik "asap" dan emisi gas rumah kaca. Lebih lanjut, menurut teknik tanpa-pembakaran, pembersihan lahan lebih murah (menghemat USD 300-400 per hektar di biaya penanaman) dan tak tergantungg pada kondisi cuaca. Kekhawatiran akan serangan serangga bisa dikurangi dengan menggunakan tanaman polong-polongan, yang juga memperbaiki nitrogen dan meningkatkan kualitas tanah.

Pengendalian Hama

Monokultur di iklim tropis sering mengalami masalah hama - tidak terkecuali perkebunan kelapa sawit. Secara umum, pemilik perkebunan adalah pengguna berat pestisida yang mengotori aliran air dan mempengaruhi kehidupan liar setempat.

Golden Hope telah mengambil pendekatan yang berbeda. Ia telah mengurangi penggunaan kimia dengan cara fokus pada pengendalian biologis, termasuk penggunaan serangga, burung, dan jamur untuk mengatasi hama kelapa sawit umumnya. Golden Hope membangun kotak-kotak rumah burung hantu untuk menarik para burung hantu pemakan hewan pengerat dan menanam spesies pepohonan asli untuk menarik kelelawar dan pemakan serangga lainnya. Saat pestisida benar-benar dibutuhkan, perusahaan menggunakan aplikasi insektisida yang benar-benar terpilih untuk mengontrol hasil terburuk. Karena itu tergantung pada deteksi awal dari hama, aplikasi skala besar jarang dibutuhkan.

Palm-Oil Mill Effluent (POME)

Limbah yang dihasilkan saat menekan buah kelapa sawit saat produksi minyak kelapa mentah adalah masalah yang umum bila menggunakan prosesor. Walau senyawa ini tak beracun, tetap saja tak dapat dibuang ke aliran air setempat dengan aman karena tingginya keasaman yang dikandung. Golden Hope menunjukkan isu ini dengan memberlakukan POME mentah dengan bakteri anaerob yang bisa mengurai cairan menjadi metana (yang bisa kembali diolah sebagai bahan bakar), karbon dioksida, dan air. Perusahaan ini menggunakan POME lebih lama dari biasanya dan menggunakannya sebagai pengganti dari pupuk inorganik. Golden Hope juga membusukkan tempurung-tempurung dan sisa-sisa lainnya dari proses produksi, untuk mengurangi kebutuhan pupuk dengan bahan petroleum.

Teknik lain

Di banyak daerah di Indonesia, dimana terjadi ekspansi perkebunan paling cepat, ada beberapa kekhawatiran serius mengenai dampak kelapa sawit pada tabel air. Golden Hope mencoba meminimalkan resiko ini dengan mengatur penggunaan air secara hati-hati melalui sistem irigasi dan reservoir. Untuk mengurangi erosi, perusahaan menggunakan terasering untuk tumbuhan biji-bijian, yang juga meningkatkan keanekaragaman hayati dan kesuburan tanah.

Penghijauan hutan kembali

Golden Hope mendukung penghijauan hutan kembali di hutan-hutan cadangan, di lereng yang curam, dan di lahan dekat daerah tangkapan, menggunakan spesies setempat - terutama mereka yang memiliki nilai-nilai komersil, medis, kuliner, dan ekologis. Tentang daerah-daerah yang ditanami ini, perusahaan mengatakan bahwa itu bertujuan untuk "meningkatkan sisi menarik mereka dan kemampuan untuk mendukung keberagaman fauna dengan cara menanam spesies pohon makanan yang khas di daerah tersebut" dan "mendorong burung-burung migran untuk tinggal disana dengan membangun tenggeran-tenggeran dan memelihara pohon-pohon tinggi yang mati".

Usaha mereka tampaknya berhasil: survey telah mencatat 268 spesies flora dan fauna, termasuk 87 burung dan 11 mamalia, di perkebunan kelapa sawit. Walau ini masih lebih rendah dari yang ditemukan di daerah hutan primer maupun sekunder, namun ini menunjukkan peningkatan dari lahan gundul atau monokultur lainnya.

Memperluas konsep ini untuk konsesi di bagian lain Indonesia dan Malaysia, pemerintah seharusnya mendorong penyembuhan dari hutan sekunder yang dikembangkan untuk nilai rekreasi, keanekaragaman hayati, dan karbon. Melalui mekanisme penukaran karbon atau "penggundulan hutan yang terhindari", memungkinkan untuk memberikan ganti pada perusahaan-perusahaan demi usaha konservasi hutan. Di luar insentif keuangan langsung, hutan sekunder dapat menghasilkan produk-produk yang berkelanjutan dan pelayanan ekologikal lain untuk para pekerja dan penduduk setempat.

Keadilan Sosial

Sebagian dari masalah terbesar yang terkait dengan produksi minyak kelapa adalah masalah sosial. Walau jelas bahwa perkebunan kelapa sawit memberikan lapangan kerja yang dibutuhkan di Indonesia - terutama Borneo, yang digunakan sebagai contoh di paragraf-paragraf selanjutnya - ada beberapa pertanyaan mengenai keadilan sistem yang ada, yang kadang tampak menjebak para pemilik kebun kecil pada kondisi yang mirip perbudakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar