INDONESIA kini tercatat sebagai produsen minyak sawit nomor satu dunia. Predikat tersebut berhasil diraih Indonesia pada 2007 setelah produksi sawit negara kita mampu melewati produksi Malaysia.
Tahun 2008, Malaysia yang memiliki 4,5 juta hektare perkebunan kelapa sawit, memproduksi 17,7 juta ton minyak sawit. Total produksi tersebut menjadi kedua terbesar setelah Indonesia, yang pada tahun yang sama, menghasilkan 18,09 juta ton minyak sawit.
Sejak saat itulah, performance sawit Tanah Air cukup membanggakan. Indonesia tercatat menguasai 44,7% pangsa pasar crude palm oil (CPO) dunia, diikuti Malaysia (41,3%). Sedangkan 14% CPO lainnya disuplai antara lain oleh Thailand, Nigeria, dan Kolombia.
Dari semua jenis minyak nabati, pangsa pasar CPO memang terbesar, mencapai 34%. CPO secara perlahan-lahan menggeser pangsa pasar minyak kedelai yang diproduksi negara subtropis, sekarang hanya 30,1%. Sebelumnya minyak kedelai justru merupakan raja minyak nabati di dunia.
Amerika Serikat (AS) adalah penghasil minyak kedelai (38%) di dunia. Lalu, disusul oleh Brasil (37%) dan Argentina (15%). Memang, minyak sawit Indonesia dan Malaysia telah digandrungi dunia sejak 20 tahun terakhir.
Pada 1993, konsumsi minyak sawit dunia masih 13,2 juta ton atau hanya 15,3% dari pangsa minyak nabati dunia, namun pada 2009 naik menjadi 42,38 juta ton atau mencapai 34% . Tertinggi dibandingkan dengan konsumsi minyak nabati lainnya.
Posisi Indonesia menjadi strategis karena 13,7 juta hektare kebun sawit di dunia, seluas 7,5 juta hektare-nya berada di Indonesia. Strategis karena pangsa pasar minyak sawit dunia ke depannya diperkirakan akan melebihi 80 persen. Angka ini akan terus meningkat menggeser pangsa pasar minyak nabati lainnya, terutama yang ditanam di negara-negara maju.
Hal inilah yang menimbulkan black campaigne terhadap produk sawit kita. Beberapa LSM atau NGO internasional menggembar-gemborkan seolah-olah kebun sawit sebagai perusak lingkungan. Padahal jika mengacu pada data yang ada, industri sawit nasional hanya mempunyai areal seluas 7,5 juta hetare alias hanya 6% dari luas hutan Indonesia seluas 130 juta hektare.
Bukan kebetulan pula jika NGO dimaksud berbasis di berbagai negara yang tak mempunyai kebun sawit. Karena itu, sebagai surga sawit dunia, Indonesia patut menelusuri lebih jauh 'perang sawit' yang dilancarkan negara-negara maju. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar