Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) siap menggelar perayaan 100 tahun komersialisasi komoditi sawit di Indonesia untuk menepis isu negatif yang menerpa industri sawit Indonesia belakangan ini.
"Tahun depan tepat 100 tahun komersial sawit di Indonesia," kata Ketua Umum Gapki Joefly Bahroeny di acara celebrating 100 years commercial oil palm industry in Indonesia di Jakarta, Jumat (22/10).
Menurut dia, puncak perayaan 100 tahun Komersialisasi Sawit di Indonesia akan dilakukan pada 28-30 Maret 2011 di Tiara Convention Center Medan, Sumatera Utara.
Komersialisasi sawit sebagai komoditas penting di Indonesia setidaknya sudah dimulai sejak 1911, yaitu ketika dibangun dua perkebunan sawit Kebun Pulo Raja dan Kebun Tanah Itam Ulu di Sumatera Utara yang merupakan milik PTPN IV.
Hal itu menempatkan Sumatera Utara sebagai wilayah perintis perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Hingga kini kebun-kebun di wilayah Kebun Pulo Raja dan Kebun Tanah Itam Ulu masih ada dan tumbuh produktif.
"Pada tahun 1916 dibangun lembaga penelitian untuk mendukung pengembangan kelapa sawit," katanya.
Joefly menyatakan perkembangan komersialisasi sawit mengalami pasang surut. Pada 1960-an mengalami perkembangan yang tak menggembirakan karena adanya gejolak politik pada waktu itu di Tanah Air.
Sesuai berjalannya waktu, perkebunan sawit Indonesia terus berkembang, hingga 2009 luasan lahan sawit Indonesia sudah mencapai sekitar tujuh juta hektare atau sudah mencapai 50 kali lipat dari 1970-an yang hanya seluas 1.333 hektare.
"Indonesia menghasilkan 22 juta ton produksi CPO saat ini, menjadi produsen sawit terbesar di dunia. Jika digabung dengan produksi Malaysia, menguasai 80 persen perdagangan sawit dunia," katanya.
Awalnya, pohon sawit hanyalah tanaman hias di Kebun Raya, yang berasal dari hadiah pemerintah Afrika Barat sebanyak 4 pohon. Pada tahun 1848 pohon keempat telah ditanam dan pohon terakhir telah mati pada tahun 2002 lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar