PERKEBUNAN kelapa sawit ternyata menghidupi usaha kecil dan bersahabat dengan lingkungan.
Pemerintah dan pengusaha terkait memasang sasaran ke depan sebagai industri yang pro growth, pro job, pro poor, and pro environment.
Itu terlihat dari pemilik kebun kelapa sawit yang kini dipegang 42% pengusaha kecil, 45% swasta besar, dan sisanya PT Perkebunan Nusantara (PTPN).
Artinya, usaha kecil dan besar memegang peranan yang sama dalam bisnis dengan nilai ekspor pada tahun lalu menyentuh US$15 miliar atau terbesar di bidang nonmigas.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di Konferensi Minyak Sawit Indonesia, Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Kamis (2/12), memaparkan hal tersebut.
Selain itu, 1,5 juta kesempatan kerja tercipta di berbagai tempat produksi.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joefly J Bahroeny menambahkan bahwa usaha tersebut telah memayungi lebih dari 3,5 juta keluarga atau 17 juta orang di dalamnya.
Kemiskinan pun telah berhasil dientaskan dengan membuka usaha di daerah terpencil di luar Pulau Jawa.
Bayu menegaskan bahwa pohon kelapa sawit merupakan pohon environmental friendly atau ramah lingkungan. Gambarannya, pohon sawit lebih produktif daripada tanaman kedelai atau soybean.
"Lihat saja, produksi soybean membutuhkan lahan sembilan kali lebih luas daripada sawit," ucap Bayu.
Sebagai informasi, kedelai dan sawit bisa diolah menjadi minyak goreng dan biofuel. Tentu ini menjadi kelebihan sawit ketimbang kedelai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar