“Singkong dapat diolah menjadi bioetanol dan kelapa sawit menjadi biodiesel yang bisa dimanfaatkan dengan mencampur sepuluh persen dari keempat jenis BBM,”
Sebelum membuka Pertemuan Forum Kelautan Indonesia (The Indonesia Ocean Forum 2011 and the 13th PAMS/JECSS Workshop), ia mengemukakan, pencampuran 10 persen BBM dengan bioetanol dan biodiesel sangat dimungkinkan, sesuai ketentuan yang ditetapkan internasional.
“Jika 10 persen bahan pencampuran BBM itu dapat diproduksi Indonesia, akan sangat membantu dalam menghemat penggunaan BBM,” ungkapnya.
Indonesia dalam penyusunan APBN 2011 mengalokasikan dana untuk subsidi BBM sebesar Rp 270 triliun, dengan perhitungan harga minyak di pasaran dunia 100 dollar AS per-barel.
Oleh sebab itu, beberapa alternatif untuk menghemat penggunaan BBM telah ditawarkan, termasuk diantaranya teknologi pengolahan singkong dan kelapa sawit.
Menristek menilai, penerapan teknologi pengolahan hasil perkebunan harus didukung oleh kebijakan pemerintah, agar kalangan swasta dan investor tertarik menerapkan teknologi tersebut.
Penerapan teknologi pengolahan singkong dan kelapa sawit sebagai bahan pencampur BBM tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah, ujarnya, yang mengaku telah membicarakan kemungkinan menerapkan teknologi tersebut dalam rapat kabinet.
Teknologi pengolahan singkong menjadi bioetanol sebenarnya sudah diterapkan di Lampung, namun kapasitasnya masih sangat terbatas. “Produk bioetanol sebagai bahan pencampur BBM telah saya terapkan pada mobil dinas dan 30 bus karyawan, tidak ada masalah,” ujar Menristek.
Jika kedua jenis bahan pencampur BBM itu dapat diproduksi, akan mampu menghemat sedikitnya Rp 9 triliun subsidi BBM dalam setahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar