MINYAK PYROLYSIS DARI LIMBAH SAWIT


 


Kesadaran masyarakat dunia akan kelestarian lingkungan dengan mengurangi peng-gunaan minyak mentah fosil kian semakin tinggi. Selain harganya yang terus terkerek naik, masalah emisi karbondioksida dan monoksida pun menjadi pekerjaan rumah dunia karena menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global.

Jadi tidak aneh apabila akhirnya negara-negara maju meluncurkan kebijakan langit biru dengan beralih menggunakan energi alternatif yang berasal dari tumbuhan atau limbah. Selain harganya lebih murah ketimbang minyak fosil, angka polusi pun bisa ditekan.

Maka energi alternatif pun kian marak digunakan sebagai sumber energi. Salah satu sumber energi alternatif yang sedang dikembangkan adalah minyak bakar dari biomassa sawit lewat teknologi pyrolysis. Awalnya teknologi itu dikembangkan dari limbah kayu dan rumah tangga, namun rupanya kini dipilih limbah sawit sebagai bahan baku karena pertimbangan volume dan stabilitas pasokannya.

Praktis ini adalah terobosan baru, apalagi limbah sawit yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) plus kegiatan panen kebun menghasilkan limbah seperti cangkang, sabut, tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan dahan sawit yang cukup melimpah.

Berdasar perhitungan yang dilakukan Enagra Holdings LLC, salah satu perusahaan yang bergerak dibidang energi alternatif, bahwa setiap hari sekitar 200 ribu ton TKKS, batang dan daun sawit dibiarkan begitu saja terhampar di perkebunan sawit.

Memang untuk beberapa perusahaan perkebunan sawit limbah TKKS, daun dan batang sawit dibiarkan terhampar dan membusuk di lahan perkebunan sebagai salah satu aplikasi pupuk organik.

Sementara sabut dan cangkang biasanya dipergunakan untuk bahan bakar boiler sebagai sumber energi pada PKS atau untuk cangkang sawit juga bisa digunakan untuk pengeras jalan di perkebunan sebagai pengganti kerikil.

Ada pula perusahaan memanfaatkan limbah sawit terutama TKKS dan sabut untuk dijadikan kompos dengan proses lebih lanjut. Namun cara itu membutuhkan biaya yang cukup tinggi, begitupun proses penghamparan TKKS di lahan perkebunan sebagai pupuk organik.

Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, Enagra mencari solusi terbaik guna memanfaatkan melimpahnya limbah sawit itu adalah dengan mengolah lebih lanjut untuk dijadikan minyak dengan teknik pyrolysis.

Seperti diterangkan Enagra, biasa-nya perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam sehari bisa menghasilkan sekitar 25% cangkang, 35% TKKS dan 40% daun sawit dari proses pemanenan di kebun hingga kegiatan di PKS.

Dari persentase itu bila diolah dengan teknik pyrolysis akan didapat sekitar 17% bio arang, 20% gas dan 60% minyak pyrolysis. "Teknik ini bisa dijadikan alternatif untuk mengolah limbah sawit yang cukup melimpah" papar pengamat industri hilir sawit, Kris Hadisoebroto kepada InfoSAWIT.

Perusahaan lain yang juga telah mengembangkan teknik ini ialah Genting Bio-Oil Sdn Bhd yang bekerjasama dengan BTG Biomass Technology B.V., perusahaan asal Belanda. Rupanya perusahaan ini telah memanfaatkan limbah sawit utamanya TKKS untuk dijadikan minyak pyrolysis.sources:infosawit.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar