Indonesia memang banyak ketinggalan mengenai energi terbarukan. Jangankan energi terbarukan, yang memakai batubara saja masih kekurangan dan masih menunggu proyek 10.000 MW di tahun 2009, "katanya." Tetapi tidak ada salahnya untuk pemerintah kita mulai mencoba proyek-proyek energi terbarukan. Salah satu yang sangat memberi harapan adalah energi Geothermal yang sudah dimulai. Selain itu dengan iklim tropis yang banyak matahari juga memberi potensi untuk tenaga surya, dimana mudah2an panel sel surya bisa semakin lama semakin murah. Dengan pantai yang panjang dan laut yang luas maka tenaga ombak dan arus air laut juga sangat berpotensi. Salah satu kolaborasi dilakukan oleh PT. Walinusa dan Ponte di Archimede, Italia untuk mencoba tenaga arus air laut di pesisir salah satu pulau di Sulawesi.
Artikel dibawah ini disadur dari Blog Kunaifi tentang beberapa negara yang serius menangani masalah iklim dengan membentuk departemen khusus energi terbarukan dan perubahan iklim.
Inggris Membentuk Kementerian Energi dan Perubahan Iklim
Baru-baru ini, pemerintah Inggris mengumumkan pembentukan Departemen Energi dan Perubahan Iklim (Department of Energy and Climate Change). Pembentukan departemen baru ini semakin memperkokoh posisi Inggris dalam memerangi perubahan iklim melalui pembangunan energi yang lebih sustainable (berkelanjutan).
Penggabungan Energi dan Perubahan Iklim di dalam satu departemen secara eksplisit merupakan pengakuan Inggris bahwa sektor energi (jika dikelola secara tidak tepat) memberi dampak buruk pada kesinambungan lingkungan hidup.
Melihat dari namanya, departemen ini kelak akan menjadi pusat pengembangan energi terbarukan (renewable energy) di Inggris. Atas inisiatif ini, dukungan positif mengalir dari industri energi terbarukan dan lambaga-lembaga lingkungan hidup. "Kalangan industri percaya bahwa pembentukan sebuah departemen yang menangani perubahan iklim dan suplai energi di satu tangan, adalah langkah tepat bagi Inggris untuk mencapai target energi terbarukan 2020," kata Adam Bruce, Ketua British Wind Energy Association (BWEA).
Direktur Eksekutif Greenpeace John Sauven mengatakan, "Selama sepuluh tahun terakhir pemerintah Inggris terlihat sibuk sekali dengan isu-isu perubahan iklim, memerikan inspirasi pada kita tapi sesungguhnya minim aksi nyata. Namun, dengan menyatukan Energi dan Perubahan iklim, kita akhirnya menyadari bahwa perubahan iklim adalah ancaman di depan mata."
Sumber: Renewableenergyworld
Bukan cuma Inggris
Inggris bukanlah negara pertama yang membentuk kementerian yang membidangi perubahan iklim dan energi terbarukan. Beberapa negara lain telah mulai lebih awal. Di India bahkan ada Kementerian Energi Baru dan Terbarukan. Di Australia, persoalan perubahan iklim dan energi terbarukan dikelola oleh Department of Climate Change, Departmen of Resources, Energy and Tourism, dan Department of Environment, Water, Heritage and Art. Di Denmark ada Minister of Climate and Energy. Di kebanyakan negara, pengembangan energi terbarukan berada di departemen terpisah. Namun demikian, banyak negara-negara maju, terutama anggota Organisastion for Economic Co-Operation and Developmnet (OECD) telah menunjukkan prestasi gemilan dalam mengembangkan energi terbarukan.
Bagaimana Indonesia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar