Greenomics Kecam Greenpeace

Direktur Eksekutif LSM Greenomics Indonesia Elfian Effendy mengecam sikap mendua LSM asing Greenpeace. Pasalnya, Greenpeace seolah-olah merayakan kemenangan paska kerjasama Golden Agri Resources Limited (GAR) dengan The Forest Trust (TFT), yang diumumkan Rabu lalu (9/2).

Padahal, menurut Elfian, Greenpeace justru terlibat, bahkan hadir dalam proses kerjasama itu, tetapi berpura-pura tidak tahu.

"Greenpeace kan terlibat dalam proses dialog dengan pihak GAR dan TFT. Bahkan, Greenpeace juga tahu jadwal penandatanganan kerjasama TFT dan GAR itu," ungkapnya kepada wartawan, Selasa (1/3).

Seperti diketahui, kerjasama GAR-TFT dimaksudkan guna mencari solusi tepat terkait pembangunan industri kelapa sawit secara keseluruhan sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun ironisnya, Greenpeace mendadak cuci tangan, seolah-olah tidak terlibat dalam kesepakatan tersebut. Padahal, Greenpeace juga hadir pada acara penandatanganan kerjasama GAR-TFT yang disaksikan puluhan wartawan dalam dan luar negeri.

Setelah penandatanganan tersebut, Greenpeace justru mengeluarkan rilis bertajuk "Giant Indonesian Palm Oil Company Announces Plan to Halt Forest Destruction". Dalam paragraf awal siaran persnya, disebutkan Greenpeace merespon berita tentang GAR, group Sinar Mas di sektor sawit, yang telah mengumumkan sebuah rencana untuk menghentikan perusakan hutan Indonesia yang sebelumnya disebabkan oleh operasi perusahaan-perusahaan GAR dengan menggandeng TFT.

Greenomics Indonesia mendesak Greenpeace menjelaskan motif di balik pernyataannya tersebut. "Sehingga publik mengetahui bahwa Greenpeace memang terlibat dalam dialog itu. Bukan sekadar merespon berita yang seolah menunjukkan Greenpeace tidak tahu prosesnya," timpal Elfian.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR Achsanul Qosasih meminta pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk memantau gerak-gerik Greenpeace yang belakangan sering menjelek-jelekkan kondisi lingkungan di Tanah Air. Ia mensinyalir, LSM asing ini menjalankan misi sebagai kaki tangan negara luar untuk menguasai perekonomian nasional.

"Dalam persaingan bisnis global, pihak asing memang sering menggunakan LSM sebagai jalan masuk untuk merontokkan perusahaan-perusahaan lokal untuk kemudian menguasai perekonomian nasional. Jangan sampai kehadiran Greenpeace justru melemahkan perekonomian nasional," tegas Achsanul.

Politisi Demokrat ini menambahkan, tidak tertutup kemungkinan pihak asing melalui Greenpeace ingin menguasai sumber daya alam Indonesia, terutama komoditas unggulan seperti kelapa sawit. Karenanya, sambung Qosasih, tidak heran jika perusahaan lokal Sinar Mas Group sering dijadikan sasaran tembak utama.

"Setelah Sinar Mas rontok, bisa jadi perusahaan lokal lainnya akan mengalami nasib serupa. Cara seperti ini sangat masuk akal dalam persaingan bisnis global," papar dia mengingatkan.

Sebelumnya, Kepala Kampanye Hutan Greenpeace Bustar Maitar meminta agar pemerintah segera mengkaji ulang beragam konsesi yang telah diberikan kepada berbagai perusahaan di wilayah hutan di Indonesia.

Hal itu dikemukakan Bustar menanggapi rencana penghentian perusakan hutan yang dicetuskan salah satu perusahaan penghasil minyak kelapa sawit di Indonesia. "Sangat penting bagi industri minyak sawit lainnya untuk juga membersihkan perilaku mereka, demi alasan bisnis dan lingkungan," katanya.sources:mediaindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar