Menikmati Indahnya Malino

Kota wisata Malino  yang terletak 90 km arah Selatan Kota Makassar ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Menikmati indahnya Kota wisata Malino. Merupakan salah satu obyek wisata alam yang memiliki daya tarik tersendiri. Malino layaknya seperti kawasan puncak Bogor ataupun Bandung. Menikmati indahnya Kota wisata MalinoDi kawasan wisata Malino sendiri, terdapat hutan wisata, berupa pohon pinus yang tinggi berjejer di antara bukit dan lembah. pemandangan disini begitu menawan dan indah, itulah sebabnya setiap Akhir pekan Kota Wisata Malino ramai dikunjungi terutama  para turis lokal yang berasal dari kota Makassar. Menikmati indahnya kota wisata Malino.
 
Pintu Gerbang Sebelum Memasuki Kota Wisata Malino

Jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan melintasi deretan pegunungan dan lembah yang indah bak lukisan alam, akan mengantarkan Anda ke kota Malino. Kawasan tersebut terkenal sebagai wisata sejak zaman penjajahan Belanda. Banyak pengunjung yang datang baik dari Kota Makassar maupun dari daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan, dari seluruh Indonesia bahkan banyak juga touris Mancanegara, untuk mendapatkan tempat rekreasi dan refreshing yang aman, terutama pada saat weekend atau liburan.  Sebelum muncul nama Malino, dulu rakyat setempat mengenalnya dengan nama kampung 'Lapparak'. Laparrak dalam bahasa Makassar berarti datar, yang berarti pula hanya di tempat itulah yang merupakan daerah datar, diantara gunung-gunung yang berdiri kokoh. Terletak di ketinggian antara 980-1.050 DPL.
Salah Satu Sudut Jalan Menuju Kota Wisata Malino

Kota Malino mulai dikenal dan semakin popular sejak zaman penjajahan Belanda, lebih-lebih setelah Gubernur Jenderal Caron pada tahun 1927 memerintah di "Celebes on Onderhorighodon" telah menjadikan Malino pada tahun 1927 sebagai tempat peristirahatan bagi para pegawai pemerintah dan siapa saja dari pemerintah warga kota Makassar sanggup dan suka membangun bungalow atau villa di tempat sejuk itu.
 
Sebelum memasuki kota Malino, terdapat sebuah tembok prasasti di pinggir jalan dengan tulisan: MALINO 1927. Tulisan tersebut cukup jelas dan seketika itu pula dapat dibaca setiap orang yang melintas di daerah itu, namun prasasti ini dijahili oleh tangan-tangan vandalis. 
Malino 1927 bukan berarti Malino baru dikuasai Belanda pada tahun itu. Jauh sebelumnya, Belanda sudah berkuasa di wilayah Kerajaan Gowa, terutama setelah pasca Perjanjian Bungaya 18 November 1667. Disini juga pernah diadakan Konferensi Malino yang dilaksanakan Mulai tanggal 15 - 25 Juli 1946, yang diprakarsai oleh Gubernur Jenderal Dr. H.J. van Mook membicarakan dan menggagas pendirian Negara Indonesia Timur (NIT). Juga pernah dilaksanakan perjanjian perdamaian Malino I dan Malino 2 yang diprakarsai oleh HM. Jusuf Kalla.
Sejak zaman kerajaan, Malino atau Laparrak hanya terdiri dari hutan belantara, di dalam wilayahnya terdapat beberapa anak sungai yang semuanya bermuara pada Sungai Jeneberang.sources:http://aalmarusy.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar