Krakatau Band kembali memperkaya musik jazz di Indonesia. Krakatau Band berniat merilis album terbarunya dengan nuansa musik etnik khas Sulawesi Selatan (Sulsel).
Sebelumnya, Krakatau Band sudah pernah merilis album musik bertajuk musik khas Sunda, Jawa, Bali, Melayu, Jambi dan Flores. Hal ini disampaikan oleh Keyboardis sekaligus pentolan Krakatau Band, Dwiki Dharmawan di acara 'World Music Gathering' di One Note Entertainment, di kafe De Luna, di Jalan Ahmad Yani, Makassar, jumat (11/2/2011).
Menurut Dwiki yang datang bersama beberapa personel Krakatau lainnya ke Makassar, yakni Prasaja Budi Dharma, Ade Rudiana dan Zainal Arifin, saat ini band-nya dalam tahap mengeksplorasi ragam musik etnik suku Bugis, Makassar dan Toraja di Sulsel. Musik etnik di Sulsel di mata Dwiki sangat khas dengan rhytme kendang dan olahan vokal yang unik, serta teknik meniup alat musik tanpa henti yang jarang dijumpai di daerah lainnya.
"Sebelum melahirkan album, kami harus datang ke Sulsel bukan satu-dua kali saja, tapi kami mau belajar dahulu dan memahami musik etnik Sulsel
dengan melakukan workshop berkala dengan musisi setempat, goalnya berupa album Live DVD," pungkas suami penyanyi pop 90-an Ita Purnamasari ini.
Dwiki menambahkan, kebiasaan band-nya yang berdiri pada tahun 1984 ini selalu membuat album dengan siklus lima tahun sekali. Pada album terakhir mereka di tahun 2006, Krakatau mengusung musik etnik dari suku Kerinci di Jambi, musik etnik Flores, Sunda dan Dayak. Dwiki berharap albumnya ini nanti akan memperkenalkan citra baik Indonesia di mata mancanegara.
Krakatau Band sendiri sudah menyambangi 35 negara selama kurun 27 tahun untuk membawakan musik-musik Jazz-nya yang bernuansa etnik khas dari beberapa daerah di Indonesia. Jika tidak ada aral menantang, lanjut Dwiki, album yang sepenuhnya terinspirasi dari nilai khas budaya di Sulsel akan dilaunching di awal tahun 2012 mendatang.
"Kami tidak ingin sembrono dalam membuat album ini, kami ingin mengangkat keluhuran dan kesakralan musik etnik Sulsel di atas semuanya yang sudah kami lakukan, bukan lagi sebagai aksesoris dari musik kami, tapi sebagai inspirasinya," tandas founder sekolah musik Farabi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar